Pagi itu...
Di hari libur kerjaku yang sangat kunanti-nati tiap minggu dan aku bersiap untuk tidur kembali setelah melaksanakan sholat subuh. Ada sepasang suami istri yang datang kerumahku dengan membawa segebok uang dan akan membeli rumahku. Sebelumnya orang tersebut sudah mengadakan transaksi tawar-menawar dengan ibuku soal harga rumah. Tapi pagi itu kelihatannya orang tersebut sudah merasa deal dengan harga yg kami tawarkan dan datanglah kerumah kami. Rumah orang tersebut tidak jauh dari rumah kami hanya berbeda satu gang.
Setelah pagi itu keluargaku berunding dengan sepasang suami istri tersebut, sepasang merpati eh suami istri tersebut ingin kami pindah pas setelah hari raya idul Adha tgl 6 November 2011 (Heyhoo!! siapa elooh getooh *dgn nada alay*) tapi kakakku menolak dan minta kelonggaran waktu sampai 2 minggu alias tengah bulan ini (Ya Allah.. mas itu masih kesempitan gitu kok bilang kelonggaran waktu). Kedua orang tersebut akhirnya menyetujui (kedua belah pihak berjabat tangan). Setelah kedua orang itu meninggalkan rumah, kami semua hanya terbengong, terpaku, terpalu dan ter ter lainnya, bagaimana tidak kami belum mendapat rumah baru dan kami akan segera terusir dari rumah kami sendiri yang akan jadi milik orang lain dalam 2 pekan ini. Wajah pucat kami menghiasi suasana pagi itu. Kakakku yang kedua (berhubung yg pertama sudah nikah dan ndak tinggal disitu) bingung membuat surat perjanjian, kakak ketigaku bingung menentukan dimana kami tinggal nanti, Ibuku bingung semuanya, dan aku, aku bingung memikirkan masa depanku (halah).
Setelah heboh dengan kebingungan kami sendiri, kami memutuskan untuk langsung mencari 'Rumah Dijual' di daerah Surabaya dan pencarian dimulai dari rumah kerabat ibuku. Eh, tapi ternyata sekonyong-konyong koder ada bibiknya ibuku yang sudah tua rentah, sakit tak berdaya datang kerumah seorang diri. Bertambahlah beban kami yg awalnya sudah kebebanan begitu banyak beban (jederrr!!). Setelah dia menikmati masakan ibuku yang super lezat di dunia, ibuku bilang baik-baik ke dia untuk pulang alias ibuku mengusirnya halus-halus. Singkat kata dia telah terusir dan kami berangkat ke rumah teman ibu. Teman ibuku itu sangat cekatan, dia punya kenalan makelar rumah. Kami pun sangat antusias karena rumah yang ditawarkan sangat banyak opsinya tetapi alangkah sangat disayangkannya kami tidak jadi bertemu sang makelar karena dia sedang ada urusan. Sia-sia deh pencarian kami hari itu (padahal uda dibela-belain ga makan tuh -_-). Kami akhirnya memutuskan untuk mencari sendiri di sore hari itu. Dan lagi-lagi kami tidak mendapatkan rumah yang cocok.
Hari yang melelahkan tadi akan berlanjut di part selanjutnya kisah ini. karena aku masih belum menemukan rumah hehehe ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave any memory (read: comment) for me :)